Kastrad Opinion II Setujukah anda tentang penerapan New Normal?

Kasus pandemi Covid-19 masih terus bertambah, data dari pemerintah kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga Sabtu (27/6/2020) pukul 12.00 WIB mencapai 52.812 kasus, terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020. (Kompas.com)

Data yang ada memperlihatkan semakin memburuknya kasus Covid-19 di Indonesia, beberapa kebijakan pernah digencarkan oleh pemerintah mulai dari gerakan #dirumahaja dengan bekerja dan belajar dari rumah, mengkampanyekan social distancing yang kini dikenal dengan physical distancing. Namun demikian kurva penambahan kasus positif Covid-19 tidak kunjung menurun dengan signifikan. Baru-baru ini masyarakat Indonesia seolah diberi kabar gembira dengan kebijakan New Normal atau tatanan normal baru yang diharapkan dapat memperbaiki roda perekonomian nasional.

New normal adalah istilah yang merujuk pada pola hidup baru di situasi pandemic dengan membiasakan diri menerapkan protokol kesehatan yang akan digalakkan dengan ketat di dalam masyarakat. Skenario new normal akan dijalankan dengan beberapa pertimbangan dan riset epidemiologis dari wilayah terkait, di sisi lain organisasi kesehatan dunia WHO telah menyiapkan pedoman transisi new normal. Dalam protokol tersebut Negara harus bisa mengedalikan penularan Covid-19 sebelum melakukan new normal.

Hal ini tentu saja membuat Pro dan kontra di kalangan masyarakat, seperti pandangan dari Ketua jurusan Farmasi UIN alauddin Makassar Apt Andi Asrul Ismail S.Farm,M.Sc yang menyatakan bahwa dia lebih memilih sekitar 60 sampai 70% skenario new normal untuk tidak diterapkan, dengan pertimbangan hal hanya dapat dipraktekkan jika kurva penularan Covid di Indonesia melandai seperti pada Negara lain yang sudah mengalami gelombang pertama Covid-19. Di sisi lain beliau mendukung kebijakan new normal sekitar 30-40% sebab banyak masyarakat yang sangat terganggu perekonomiannya pada masa PSBB sedangkan pemerintah tidak bisa mengambil langkah bijak dalam mengcover biaya hidup masyarakat dengan baik melalui keuangan negara. Pada kenyataannya, masyarakat saat ini masih sangat awam dengan skenario new normal sendiri sehingga mengakibatkan jumlah penambahan Covid-19 yang semakin memburuk. Beliau berharap pemerintah dapat mengambil langkah-langkah preventif, dan kebijakan New normal juga harus dipantau secara lebih ketat agar masyarakat tidak terlena dengan kebijakan ini tanpa pengetahuan yang memadai tandasnya (23/06/2020)

Lain halnya pendapat Nabiha Khaeriyah saleh mahasiswi Farmasi UIN Alauddin Makassar angkatan 2016 sekaligus Demisioner ketua DEMA FKIK tahun 2019 beliau dengan tegas mengungkapkan pro dengan kebijakan New normal ini. Walau demikian beliau mengakui kebijakan new normal ini punya plus dan minus. Seperti dilihat situasi pada kondisi PSBB yang telah dijalankan, roda ekonomi masyarakat kalangan bawah sangat menghawatirkan sehingga kebijakan PSBB hanya menjadi beban yang menyiksa untuk mereka, hal ini tentu saja berbeda dengan kalangan masyarakat yang bisa work form home. Adanya new normal menurut beliau  dapat membantu perekonomian masyarakat kalangan bawah berjalan kembali di era Covid-19, dengan syarat seluruh masyarakat dapat menerapkan protocol new normal dengan ketat. Beliau juga memiliki saran tersendiri yakni agar pemerintah Indonesia bisa mengadakan tes Covid-19 secara massal dan merata sehingga kita bisa mendeteksi individu yang tertular, hal ini akan sangat bagus untuk memutus dengan cepat rantai penularan Covid-19 seperti yang dilakukan oleh korea selatan dan beberapa Negara lainnya (23/06/2020)

Sedangkan menurut kakanda Haqqul Fattah S.farm beliau menjelaskan banyak masyarakat awam yang hanya akan melihat dari satu sisi terkait pengadaan New Normal sementara itu kemungkinan besar melupakan untuk melihat sisi lainnya. Beliau juga berpendapat perkembangan Covid-19 contohnya pada negara Singapura dan Malaysia mengalami penurunan kasus dikarenakan telah melewati massa puncak dari kasus Covid-19. Dari sisi sosiologis pun beliau menerangkan bahwa kita merupakan bangsa besar dengan segala kearifan lokal termasuk tudang sipulung, berkumpul, dan bercengkrama merupakan budaya kita, otomatis sangatlah sulit menjadikan bangsa Indonesia bangsa individualis yang hanya tinggal di rumah atau hanya sibuk dengan dirinya sendiri, karena semakin lama berdiam semakin tertekan mental dan psikologisnya. Indonesia adalah Negara kedua setelah Cina yang melakukan pemulihan ekonomi, keputusan itu menurutnya sangat berani dan hebat. memanfaatkan keadaan ekonomi dunia yang lagi jatuh agar Indonesia tetap tumbuh dan keluar dari ancaman resesi. Semua hal punya risiko dan wabah tentu saja ada puncaknya dan semua sudah dihitung matang-matang sebetulnya. Pandemi ini menurutnya merupakan sesuatu yang tidak pernah diprediksi sebelumnya di seluruh dunia sehingga pasti kebijakannya akan dinamis dan itu adalah hal yang wajar. Dengan sistem Negara yang demokrasi seperti Indonesia, bahkan Negara demokrasi terbesar di dunia dalam hal ini Amerika serikat terkena dampak yang sangat parah dari pandemi ini (19/06/2020).

Hal ini menjadi sebab kebingungan dari berbagai kalangan. Di mana kebijakan yang keluar selalu menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada pada masyarakat, dan kita sebagai masyarakat seharusnya lebih peduli dengan hal baru seperti ini, hal yang terbaik sudah dilakukan oleh pemerintah untuk rakyatnya, kita hanya bisa menunggu, mengamati dan mengkritisi serta mendukung setiap kebijakan dari pemerintah untuk berakhirnya pandemi ini. Tentu saja setiap hal akan selalu ada konsekuensinya. Jadi, setujukah anda tentang penerapan New Normal di Indonesia?