S-OBAT, Teknologi Pembuatan Resep Termutakhir

Pernahkah Anda mendengar mitos yang berkembang di masyarakat bahwa tulisan tangan dokter yang jelek merupakan suatu kode tertentu? Pada kenyataannya, mitos tersebut salah. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh masyarakat pada umumnya. Faktanya, para apoteker sendiri terkadang juga mengalami kesulitan dalam membaca resep dokter. Fenomena ini dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai kesalahan medis (medical error) pada praktik klinis. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah satu-satunya penyebab dalam kesalahan peresepan (prescription errors).
Sebagai solusi dari masalah tersebut, lima orang mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada dari Fakultas Kedokteran, Elektronika dan Instrumen (ELINS), and Teknologi Informasi, yakni Ade Saputri, Gita Mumtarin, Marsa Harisa, Fathin Naufal, dan Jonathan menciptakan suatu alat yang bernama S-OBAT, or SAHABAT-OBAT.
“Inovasi ini dirancang untuk mengurangi jumlah kesalahan pengobatan yang terjadi selama fase peresepan,” papar Ade di kampus UGM, Kamis (16/6).
Berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh  International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, terungkap bahwa  di Yogyakarta terdapat 92,12% resep obat dengan tulisan tangan yang tak terbaca, 74,6% memiliki data pasien yang tidak lengkap, dan 60,3% memiliki anamnesis yang tidak lengkap. Sementara itu, berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh Archives of Internal Medicine ditemukan bahwa 19% dari semua resep dokter memiliki kesalahan dalam penentuan dosis (improper dosages).
“S-OBAT merupakan alat penulisan resep obat yang dibuat pertama kali di Indonesia,” tutur Ade.
Alat ini ditujukan untuk dokter layanan primer, terutama yang berada di daerah pelosok. Oleh karena itu, S-OBAT menggunakan database Formularium Nasional yang cocok untuk sistem BPJS.
S-OBAT terdiri dari dua komponen utama, yaitu aplikasi berbasis android dengan interface yang mudah digunakan dan printer. Aplikasi ini juga memungkinkan dokter memasukkan resep dan mengkses semua informasi yang diperlukan tentang dosis, kontraindikasi, dan lain sebagainya. Fiturnya ditulis dalam bahasa Indonesia dan dijalankan secara mudah hanya dengan ujung jari Anda.
“Berbasis Arduino, printer akan mencetak data dari aplikasi melalui koneksi Bluetooth,” kata Fathin, mahasiswa jurusan Teknologi Informasi UGM itu.
Menurut Fathin hasil cetakan aplikasi ini  dalam format standar dan dilengkapi font yang jelas sehingga dapat dengan mudah dibaca oleh apoteker. Perangkat ini juga memiliki kemampuan untuk terhubung ke beberapa perangkat sekaligus. (Humas UGM/Astri)